Minggu, 21 November 2010

ya ALLAH aku bersyukur kepada MU

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya.

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
(Al-Quran Al-Karim
Surah An-Nahl [16]: ayat 18)

Wahai saudaraku, kita tidak akan
mampu menghitung nikmat Allah. Mengapa
tidak bisa? Karena terlalu BESARNYA.... Segala puji bagi Allah, belum sempat
bibir kita mengucap syukur kepada Allah ketika nikmat itu datang, maka datang
lagi nikmat Allah yang lainnya. Betapa besarnya nikmat Allah.

BEBERAPA NIKMAT ALLAH :
[1] Diberikan anggota tubuh yang lengkap. Sebagian besar orang baru
menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi oleh Allah. Nikmat anggota badan
ini, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
[2] Diberikan kesehatan. Nikmat ini tidak bisa dinilai dengan uang. Jika
kita sakit, berlembar-lembar uang kita keluarkan. Dua kenikmatan yang
kebanyakan manusia lupa : sehat dan waktu luang.
[3] Nikmat harta. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
[4] Nikmat Keamanan. Orang yang tidak mencampurkan keimanan dan kedholiman
maka baginya ‘keamanan’. Dengan
nikmat keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan perasaan
tenang.
[5] Hidayah beragama Islam dan nikmat iman. SUBHAANALLAH !!, ini adalah nikmat
yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita bisa
membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan oleh agama atau
manakah
yang tidak diperbolehkkan.

Namun, kebanyakan manusia itu dholim. Sedikit sekali manusia yang
bersyukur, mereka mengkufuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Katakanlah: ”Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran,
penglihatan dan hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mulk [67]: ayat 23)

Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan perasaan bersyukur kepada Allah sehingga
mengantarkan kita untuk bersyukur kepada-Nya.

CARA MENUMBUHKAN PERASAAN SYUKUR :
[1] Merenung (bukan membayangkan).
[2] Lihatlah yang memberi nikmat, bukan besar kecilnya nikmat. Jika engkau
mendapatkan nikmat dari Allah, jangan lihat besar kecilnya nikmat, tapi
lihatlah yang memberi nikmat (Rabbul ’alamin).
[3] Lihatlah yang berada di bawah kita (kaitannya dengan nikmat)
[4] Ingatlah keutamaan syukur. Orang beriman yakin, jikalau bersyukur
kepada Allah, maka akan mendapatkan keutamaan.
[5] Sadarilah bahwa yang mampu memberikan hidayah untuk bersyukur hanyalah
Allah semata.

CARA MENSYUKURI NIKMAT ALLAH :
[1] Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa kenikmatan itu pemberian Allah. Hati
itu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan mahabbah (mencintai
Allah). Tanamkan dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.
[2] Lisannya memuji Allah. Jika diberi nikmat, maka hakikatnya itu adalah
nikmat dari Allah, maka pujilah Allah. Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron
kepada orang yang
telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Hasan
al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Sesungguhnya
itu adalah kesyukuran.”
[3] Anggota tubuhnya melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini anggota
badan dijadikan
sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan mencegah dari maksiat kepada-Nya.

Ketika Abu Hazim ditanya mengenai bentuk syukurnya anggota-anggota badan,
maka ia memberikan jawaban-jawaban. Syukurnya dua mata itu, jika melihat
kebaikan, sebarkanlah, dan jika melihat keburukan, tutupilah! Syukurnya dua
telinga itu, jika mendengar kebaikan peliharalah, dan jika mendengar keburukan
cegahlah! Syukurnya dua tangan, janganlah tangan itu digunakan untuk mengambil
barang yang bukan haknya, juga penuhilah hak Allah yang ada pada keduanya!
Syukurnya
perut, hendaknya makanan ada di bagian bawah, sedangkan yang atas dipenuhi
dengan ilmu. Syukurnya kemaluan, terdapat dalam firman Allah,

Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas.
(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mu’minun [23]: ayat 5-7)

Syukurnya
dua kaki, jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, kamu bersegera
meneladani amalannya; dan jika mayit orang yang tidak baik, kamu bersegera
untuk menjauhkan diri dari amal-amal yang dia kerjakan, kamu bersyukur kepada
Allah! Sesungguhnya
orang yang bersyukur dengan lisannya itu seperti orang yang memiliki pakaian
tetapi ia hanya memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka ia pun tidak
terlindungi dari
panas, dingin, salju, dan hujan.

KEUTAMAAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH
[1] Syukur adalah sarana menambah kenikmatan. Ali bin Abi Thalib ra. pernah
berkata, Sesungguhnya nikmat itu berkaitan dengan syukur dan syukur itu
berkaitan dengan mazid (penambahan nikmat), keduanya tidak bisa
dipisahkan, maka mazid dari Allah tidak akan terputus sampai terputusnya
syukur dari hamba.

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu
memberitahukan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".
(Al-Quran Al-Karim Surah Ibrahim [14]:
ayat 7)

Allah
menjadikan tambahan bergantung kapada kesyukuran dan tambahan dari-nya adalah
tambahan yang tiada batas, sebagaimana syukur itu sendiri juga tiada batas.
[2] Syukur adalah sebab keridhoan Allah disebabkan pemanfaatan nikmat itu
sebagai sarana ibadah.
[3] Syukur menghalangi turunnya adzab. Sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an,

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu
bersyukur dan beriman ?
Dan Allah adalah Maha Mensyukuri*) lagi Maha Mengetahui.
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nisaa’ [4]:
ayat 147)

Tatkala iblis – musuh Allah Subhanahu
wa Ta’ala – mengerti nilai syukur, bahwa ia merupakan maqam tertinggi dan
termulia, maka iblis pun mencanangkan tujuan akhirnya yaitu
mengusahakan terputusnya manusia dari bersyukur. Diterangkan bahwa iblis
berkata :

”Lalu aku akan mendatangi mereka dari
depan, dari belakang, dari samping kanan dan dari samping kiri. Sehingga Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan
mereka pada bersyukur (taat).”
(Al-Qur’an Al-Karim Surah Al-A’raaf [7]:
ayat 17)

Dalam Surah Saba’ disebutkan bahwa orang-orang yang bersyukur itu sedikit.
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang pandai
bersyukur.”
(Al-Quran Al-Karim Surah Saba’ [34]: ayat 13)

Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan doa agar
diberikan taufik untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, sebagaimana dalam hadits shahih diriwayatkan Imam Ahmad, Al-Hakim,
An-Nasa’iy, dan Imam An-Nawawy, Rasulullah memberikan nasihat kepada Mu’adz :

Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu. Maka di setiap penghujung shalat
janganlah kamu lupa membaca “Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika
wa husni ‘ibaadatika” (Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat kepada-Mu,
bersyukur kepada-Mu, dan baik ibadahku kepada-Mu).

Wallahu a’lam wa ’afwu minkum

Rabu, 04 Agustus 2010

pengertian-hidup-menurut-islam.html

Dalam surah 67 (Al Mulk), ayat 1&2 dijelaskan ( Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan MATI dan HIDUP, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun).
Dari ayat tersebut dapat ditarik pengetian bahwa “MATI” dan “HIDUP” adalah makhluk / ciptaan Allah juga.
DUA KALIMATI DAN DUA KALI HIDUP
Surah Albaqarah ayat 28 menjelaskan :
(Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, lalu kepadaNyalah kamu dikembalikan)
Ayat tersebut melukiskan bahwa sebelum masa konsepsi (pembuahan dalam rahim) manusia adalah benda mati kemudian dihidupkan (diberi hayat) oleh Allah lahir kedunia sampai ajalnya mati lagi seperti keadaan sebelum konsepsi kemudian di hidupkan kembali untuk kedua kalinya. Meskipun mengalami dua kali mati dan dua kali hidup tetapi kematian atau mati yang kedua. Demikian pula kehidupan atau hayatnya yang pertama tidak sama sengan kehidupan atau hayatnya yang kedua. Hal ini dapat dipahami dari ayat 64 dari Surah Al Ankabut :
(Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya kalau mereka mengetahui)
Kemudian ayat 77 dari surah Al Qashash (Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (Kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan).
Akhirnya mari kita baca ayat 56 dari surah Al Dzariyat : (Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi – Ku).
Dari ayat-ayat tersbut dapat dipahami bahwa hidup manusia di dunia ini.hanyalah untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah semata. Dan pengabdian manusia di dunia ini laksana “senda gurau” yang akan diakhiri dengan kematiannya yang kedua untuk hidup kekal selamanya. Dimana mutu /kwalitas kehidupan diakhirat itu sangat erat hubunagannya dengan mutu /kwalitas kehidupan di dunia ini.
Dalam surah An Najm ayat 38, 39, +40 : ( Bahwa sanya seorang yang brdosa tidak akan memikul dosa orang lain). Dan bahwa sanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperhitungkannya),
Maka jelaslah bagi kita, bahwa hidup di dunia ini adalah masa pengabdian, sedangkan hidup di akhirat adalah masa keabadian. Barang siapa yang baik hidupnya di dunia ini (dalam arti ibadahnya ) akan baik pulalah hidupnya di akhirat kelak. Hidup di dunia memang hanya sekali oleh karena itu agar diisi dengan pengabdian yang benar. Salah pilih berarti hidup sengsara selam-lamanya. Wal ‘Iyadz billahi !
Jika kita teliti sekali lagi, ayat-ayat yang telah dicantumkan dimuka. Maka kita akan memperoleh informasi mengenai proses ciptaan manusia mulai dari tanah sampai dengan akhir kehidupannya yaitu :
(1) Tahap pertama di alam Roh
(2) Tahap kedua di alam Ar’haam
(3) Tahap ketiga di alam dunia
(4) Tahap keempat di alam Barzah
(5) Tahap kelima di alam Akhiat
Penjelasannya lebih lanjut adalah sebagai berikut “;
Tahap pertama di alam Roh
Alam roh adalah suatu alam yang tidak diberiahukan letaknya dan suasananya oleh Allah SAWT, sesuai firmanNya :
“ Dan mereka bertanya kepadamu tentang Roh  kataknalah : ‘Roh itu termasuk urusan Tuhnaku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit” (Al Israal XVII : 85)
Pengetahuan manusia tentang roh sangat terbatas. Namun cukup bagi pegangan kita, bahwa roh tidak mati, hidup abadi sampai akhir nanti.
Al Qur’an sendiri hanya menyebutkan kata roh dalam 20 ayat saja. Dengan arti dan makna yang tidak sama : sbb.
1. Al Baqarah ayat : 87
2. Al Baqarah ayat : 258 (dalam kedua ayat ini kata Roh diikuti dengan kata Qudus, artinya : malaikat Jibril
3. An Nisaa : 171, kata roh disini berarti Roh Nabi Isa a.s
4. Al Maaidah : 110, Ruhul Qudus lagi
5. An Nahl : 2 maksudnya Wahyu / Al Quran
6. An Nahl : 16 Ruhul Qudus (Jibril ) juga
7. Al Israa : 85, Roh urusan Tuhanku
8. Asy Syu’araa : 193, Ruhul Ambin = Jibril
9. Al Mu’min : 15, maksudnya Jibril pula
10. Al Mujadalah : 22 Wahyu Illahi
11. Al Ma’arij : 4, Malaikat Jibril
12. An Naba : 38, Roh Manusi sejagad
13. Al Qadar : 4 Malaikat Jibril
14. Assyuraa : 52, Al Qur’an
15. Maryam : 17, JIbril
16. Al Anbiya : 91, Jibril
17. At Tahrim : 12 Roh Nabi Isa a.s
18. As Sajdah : 7-8-9 : Roh Nabi Adam a.s
19. Al Hijr : 29, Roh Nabi Adam a.s
20. Shaad : 72 Roh Nabi Adam a.s
Dari ayat-ayat tersebut ternyata : 10 diantaranya bermakan malaikat Jibril, Al Quran : 3, Nabi Adam:3, Nabi Isa :2, Roh segala manusia : 1 dan Roh urusan Tuhanku.
Maka patutlah, masalah roh hanya sediit saja manusia diberi ilmu tentangnya. Itulah pula sebabnya orang sering terkecoh pengertiannya, sehingga para cerdik pandai ada yang “terlanjur” menyamakan arti roh dengan jiwa. Roh tidak pernah mati, tetapi jiwa akan mati, sesuai firman Illahi :


“Tiaptiap jiwa merasa mati”
(Surah Ali Imran, ayat 185, Surah Al Anbiya ayat 35, Surah Al Ankabut ayat 52).
Seandainya kata jiwa sinonim dengan roh tentunya psikologi dapat diartikan sebagai ilmu roh disamping disebut ilmu jiwa.
Kembali ke masalah roh. Dalam sebuah hadist riwayat Imam Bukhori dan Iman Muslim diterangkan, bahwa penciptaan manusia berlangsung melalui tahap-tahap :
1. Sebagai nuthfah selama 40hari
2. Sebagai ‘Alaqah selama 40 hari
3. Sebagai Madigah selama 40 hari
Kemudian tahap 4 Baru dotiupkan roh ke dalamnya.

Tahap kedua di alam Ar’haam
Yang dimaksud dengan Arhaam ialah alam kandungan dalam rahin ibu. Allah berfirman yang artinya:
“Dia yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakiNya. Tak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Kuasa Lagi Maha Bijaksana” (Ali Imran : 6).
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah dan segala sesuatu pada sisiNya ada kurangnya” (Ar Ra’du ayat 8).
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah bahwasanya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari segunpal daging yang sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu, dan Kami tetapkan (sesudah itu) dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.Kemudian kami keluarkan kamusebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu ada yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, hingga dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al Haji ayat :5)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang Hario Kiamat; Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa ada dalam rahim dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha dalam pengetahuanNya.” (Luqman ayat : 34)
Keadaan dalam Alam Arhaam, dilukiskan oleh Allah sbb :
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan dari pada isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam tiga kegelapan yang (berbuat) emikian itu adalah Allah, Pencipta kamu, Pencipta yang mempunyai kerajaan, tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan.”( Az Z umar ayat : 6).
Tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut, dalam rahim dan kegelapan dalam selaput yang menutup dalam rahim.

 ALAM DUNIA
Kata dunia tidak kurang dari 112 kali disebutkan dalam Al Quran. Menikmati kehidupan duniawi tidak dilarang hanya saja perlu difahami, bahwa dunia ini tempat berbakti, tetapi penuh tipu daya. Allah berfirman :
Katakanlah : “Siapakah yang mengharumkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharumkan) rezeki yang baik.” Katakanlah (dan orang-orang yang tidak beriman) dalam kehidupan dunia semata-mata bagi orang-orang yang beriman di hari kiamat. Demi kianlah Kami menjelaskan ayat-ayt itu bagi orang-orang yang mengetahui” (Al A’raaf).
Ayat-ayat ini menerangkan dengan jelas bahwa perhiasan dari Allah dan makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tak beriman sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang beriman saja.
Oleh karena itu, Allah peringatkan dengan firmanNya :
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kapadamu Rasul-Rasul dari golongan kamu sendiri, yang mau menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuan denganhari ini?
Mereka berkata : “Kami menjadi saksi atas diri kamu sendiri”. Kehidupan dunia telah menipu mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalh orang-orang yang kafir”. (Al An’aam ayat : 130)
Yang diseru dalam ayat ini atau dalam Al Quran pada umumnya adalah jin dan manusia. Mengapa ? Sebab Allah telah mengeluarkan dekritNya sbb :
Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdiKu” (surah Adz Dzariyat ayat :56).
Dan pengabdian kepada Allah ini akan diterima apabila didasari dengan rasa takwa sesuai firmanNya dalam surat Al Maaidah ayat : 27 :
“Certakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang kain. Ia berkata : “Aku pasti membunuhmu!.: berkata (Habil) : “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban/abdian) dari orang-orang yang bertaqwa”.
Nash lain yang menyatakan, bahwa pengabdian yang didasari dengan taqwa sajakan diterima, ialah :
Daging daging onta itu sekali tidak dapat mencapai (keridhoan) Allah dan tidak pula darahnya, tetapi taqwa dari kamulah yang dapat mencapainya . demikianlah Allah telah menundukan nya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas hidayahNya kepada kamu dan berilah kabar gembira kepada orang yang berbuat baik.”(Al Hajj, ayat :37).
Dalam surah Al Baqarah aya t197 pun ditegaskan :
“………….. dan berbekallah kamu, maka sesungguhnya sebaik baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu hai orang orang yang berakal”.
Kwalitas kehidupan di akhirat sangat erat hubungannya dengan kwalitas kehidupan di dunia oleh karena itu Allah memberikan pengarahan sbb :
“Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi  dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Karena sesungguh nya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al Qashash ayat :77).
ALAM BARZAH
Alam Barzah adalah alam diseberang makam, setelah manusia meninggalkan dunia fana ini. Alam ini merupakan awal dari Alam Akhirat. Alam Barzah disebut juga dengan alam kubur. Alam ini “ghaib” seperti Alam Roh. Oleh karena itu, tidak mungkin orang menyelidikinya. Satu-satunya informasi yang boleh wajib dipegang adalah Wahyu Ilahi.baik berupa surah Al Quran maupun hadist shahih. Bahwa alam Barzakh itu berada di seberang makam, dalilnya :
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata : Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke duina).
“Agar aku berbuat amal yang saleh dalam hal yang telah aku lalaikan”. Sekali kali tidak; sesungguhnya itu adalah (sekedar perkataan yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”.
(Surah Al Mu’Minun, ayat : 99 dan 100).
Dalam sebuah hadist , Rasullullah mengajarkan doa kepada umatnya :
Allah umma, aku mohon kepadaMu perlindungan dari kekufuran dan kefakiran dan aku berlindung kepadaMu dari azab kubur . tidak ada Tuhan melainkan Engkau.” (H.R. Abu Daud).
ALAM AKHIRAT
Alam akhirat disebut juga alam Baka. Artinya alam terakhir yang abadi, tiada bersudahan. Mereka yang kekal di Sorga kekal di selama-lamanya. Dan mereka yang kekal di neraka, kekal selam-lamanya. Dalilny :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan mereka ialah sorga ‘And yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuahnnya. (Al Bayyinah : 6-8).
Apa yang diperoleh di akhirat adalah balasan dari apa yang dilakukan orang di dunia ini. Amal baik berbalas baik. Amal buruk berbalas buruk.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesungguhannya. Ia mendapat pahala (dari kebajiakn) yang diusahakannya dan ia mendapat (siksa dari kejahatannya) yang dikerjakannya………….” (Surah Albaqarah ayat : 286).

pengertian-hakikat-manusia.

 manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.

Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta,
rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya,hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya.
Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum.
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga merupakan pemelihara ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan.
SIAPAKAH MANUSIA
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu :
Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus.
Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan.
Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Beberapa Definisi Manusia :
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Al Qur’an memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran atau rasio. Dalam Al Qur’an akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia, dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Qur’an akal bukan hanya pada ranah rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari (1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan arif.
Akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas.
PERSAMAAN dan PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN.
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.
Diantara karakteristik manusia adalah :
1. Aspek Kreasi
2. Aspek Ilmu
3. Aspek Kehendak
4. Pengarahan Akhlak
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia dari segala makhluk lainnya.
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56 bahwasannya:”Allah tidak menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya”mengabdi dalam bentuk apa?ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam Al-qur’an
????????????? ????? ???????? ???????? ????????? ????
“Sesungguhnya telah ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya.Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah.Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
FUNGSI DAN PERANAN MANUSIA
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.
3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi.
Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu.
Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada saya”kawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka).
Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali ayat-ayat Allah yang memulyakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.Dan dengan adanya ciri-ciri dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan,melestarikan,dan memanfaatkan segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
Tugas utama manusia adalah beribadah (????????????? )kepada Allah SWT.Semua ibadah yang kita lakukan dengan bentuk beraneka ragam itu akan kembali kepada kita dan bukan untuk siapa-siapa.Patuh kepada Allah SWT,menjadi khalifah,melaksanakan ibadah,dan hal-hal lainnya dari hal besar sampai hal kecil yang termasuk ibadah adalah bukan sesuatu yang ringan yang bisa dikerjakan dengan cara bermain-main terlebih apabila seseorang sampai mengingkarinya.Perlu usaha yang keras,dan semangat yang kuat ketika keimanan dalam hati melemah,dan pertanggungjawaban yang besar dari diri kita kelak di hari Pembalasan nanti atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia

Selasa, 03 Agustus 2010

5 Syarat Sebelum Bermaksiat

Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham didatangi seorang lelaki yang gemar melakukan maksiat. Lelaki tersebut bernama Jahdar bin Rabiah. Ia meminta nasehat kepada dirinya agar ia dapat menghentikan perbuatan maksiatnya. Ia berkata, “Ya Aba Ishak, aku ini seorang yang suka melakukan perbuatan maksiat. Tolong berikan aku cara yang ampuh untuk menghentikannya.”

Setelah merenung sejenah, Ibrahim berkata, “jika kau mampu melaksanakan lima syarat yang kuajukan, maka aku tidak keberatan kau berbuat dosa.”

Tentu saja dengan penuh rasa ingin tahu yang besar, Jahdar beratanya, “apa saja syarat-syarat ini, ya Aba Ishak?”

“Syarat pertama, jika kau melaksanakan perbuatan maksiat, maka janganlah kau memakan rizki Allah”, ucap Ibrahim.

Lelaki itu mengernyitkan dahinya lalu berkata, “lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang berada di bumi ini adalah rizki Allah?”

“Benar”, jawab Ibrahim tegas. “Bila kau telah mengetahuinya, masih pantaskah kau memakan rizki-Nya sementara kau terus melakukan maksiat dan melanggar perintah-perintah-Nya?”

“Baiklah…”, jawab lelaki itu tampak menyerah. “kemudian apa syarat yang kedua?”

“kalau kau bermaksiat kepada Allah, janganlah kau tinggal di bumi-Nya”, kata Ibrahim lebih tegas lagi.

Syarat kedua ini membuat Jahdar lebih kaget lagi. “Apa? Syarat ini lebih hebat lagi. Lalu aku harus tinggal di mana? Bukankah bumi dengan segala isinya ini milik Allah?”

“Benar Abdullah. Karena itu pikirkanlah baik-baik. Apakah kau masih pantas memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya sementara kau terus berbuat maksiat?”, tanya Ibrahim.

“Kau benar Aba Ishak”, ucap Jahdar kemudian. “Lalu apa syarat ketiga?”, tanyanya dengan penasaran.

“Kalau kau masih juga bermaksiat kepada Allah tetapi masih ingin memakan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tidak terlihat oleh-Nya.”

Syarat ini membuat lelaki itu terkesima. “Ya Aba Ishak, nasehat macam apakah semua ini? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”

“Bagus! Kalau kau yakin Allah selalu melihat kita, tetapi kau masih terus memakan rizki-Nya, tinggal di buminya, dan terus melakukan maksiat kepada-Nya. Pantaskah kau melakukan semua itu?”, Tanya Ibrahim kepada lelaki yang masih tampak bengok itu. Semua ucapan itu membuat Jahdar bin Rabiah tidak berkutik dan membenarkannya.

“Baiklah, ya Aba Ishak, lalu katakana apa syarat yang keempat?”

“Jika malaikatul maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal shaleh.”

Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukan selama ini. Ia kemudian berkata, “tidak mungkin…tidak mungkin seua itu kulakukan.”

“Ya abdallah, bila kau tidak sanggup mengundurkan hari kematianmu, lalu dengan cara apa kau dapat menghindari murka Allah?”

Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya sayarat yang kelima, yang merupakan syarat terakhir. Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberi nasehat kepada lelaki itu.

“Yang terakhir, bila malaikat Zabaniyah hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat, janganlah kau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!”

Lelaki yang ada dihadapan Ibrahim bin Adham itu tampaknya tidak sanggup lagi mendengar nasehatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal, ia berkata, “cukup…cukup ya Aba Ishak! Jangan kau teruskan lagi. Aku tidak sanggup lagi mendengarkannya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nasuha kepada Allah.”

Lelaki itu memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Ibrahim bin Adham, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah dan semua perintah-perintah Allah dengan baik dan khusyuk.

MENGAPA NIKMAT ITU HILANG

bkenapa nikamt itu menghilangentuk syukur adalah tidak hanya sekedar mengucap “Alhamdulillah”..

Seorang pedagang minuman es merasa nikmat kalau saja setiap harinya cuaca cerah, panas, agar dagangannya laku keras sehingga rizki yang didapat lebih banyak.


Berbeda lagi dengan seorang ibu yang berjualan minuman hangat dan roti bakar, akan merasa nikmat jika cuaca mendung saja atau bahkan hujan, karena dagangannya akan lebih laku dan mendapatkan rizki yang lebih banyak di saat cuaca seperti itu.

Jika kita melihat lagi, seseorang yang kehilangan kakinya selalu berangan-angan agar dapat kembali lagi memiliki kaki yang utuh seperti orang lain, sehingga dapat menikmati nikmatnya berjalan. Kemudian di sisi lain seseorang yang memiliki sepasang kaki yang indah namun tak merasa nikmat tapi justru bersedih karena tidak memiliki sepasang sepatu yang cantik.

Semua orang memiliki style yang berbeda-beda dalam menikmati hidupnya, namun di balik itu semua, tahukah sahabat bahwa ada dua kenikmatan yang kita miliki dan itu bisa memperdaya kita semua?

Rasulullah Saw.bersabda: “Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Nikmat yang besar yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat sehat, coba anda bayangkan ketika anda sakit gigi apakah anda merasa nikmat saat makan?tentu saja tidak, tidur pun sangat tidak nyenyak, kemudian jika anda terkena flue, apakah anda merasa nikmat saat bernafas?tidak bukan?padahal oksigen gratis anda bisa menghirup sebanyak-banyaknya, tapi tetap saja anda tidak merasa nikmat karena anda sedang tidak sehat.

Lalu bagaimana nikmat sehat ini bisa memperdaya kita?ya, coba kita sejenak renungkan apa saja yang kita lakukan ketika kita sedang sehat? Seringkali kita mengeluh karena kita menilai diri kita ada kekurangannya.

Tatkala sakit selalu mengeluh juga. Padahal jika kita mau merenungi, adakah kekurangan fasilitas hidup yang telah Allah Swt turunkan di muka bumi ini ?

Saat kita sehat kita lupa bahwa sehat itu juga nikmat dari Allah Saw. Namun kita memanfaatkan waktu kita hanya untuk berbuat maksiat dan kalau tidak begitu sering hanya berorientasi dunia.

Dunia boleh kita raih tapi jangan sampai melupakan akherat. Untuk meraihnya justru semestinya adalah diwaktu kita sehat seperti ini. Namun tak sedikit manusia baru sadar perlunya memanfaatkan waktu untuk ibadah tatkala dia sedang sakit, dalam sakit inginnya ibadahnya ditingkatkan namun ketika sudah sehat kembali lagi melupakannya.

Dan juga waktu senggang, kita sepertinya sudah terbiasa hanya ngobrol sana-sini untuk menghabiskan waktu daripada memanfaatkan waktu tersebut untuk beribadah.

Sungguh beruntunglah orang yang setiap waktunya di sibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada akherat, kepada tujuan akhir setiap manusia. Setiap waktunya dimanfaatkan untuk menyiapkan masa hidup sesudah kematiannya.

Oleh karena itu betapa pentingnya kita untuk selalu menjaga dua nikmat tersebut agar menjadi nikmat yang sebenarnya. Suatu nikmat akan benar-benar menjadi nikmat jika nikmat tersebut telah di syukuri.

Bentuk syukur adalah tidak hanya sekedar mengucap “Alhamdulillah”, tetapi perlu dibuktikan dalam bentuk-bentuk lainnya seperti kewajiban zakat infaq dan memanfaatkan nikmat tersebut semaksimal mungkin untuk berjuang ibadah dan beramal shaleh mendekatkan diri kepada Allah. Say No untuk maksiyat!

Nikmat yang Allah berikan kepada kita dapat saja hilang, bagaimana nikmat yang telah diberikan dapat hilang?

Pertama, Perbuatan maksiat dan dosa, membalas nikmat dengan hal yang membuat Allah subhanahu wata’ala menjadi murka.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. ar-Rum: 41).

Ke dua, Bila kamu menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allah subhanahu wata’ala, Sang Pemberi nikmat.

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ


Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. al-Qashash: 76).

Ketiga, Bila seorang hamba ditimpa sifat Ghurur (percaya diri yang berlebihan) atau sombong dan congkak terhadap makhluk lain karena memiliki harta yang banyak, property, ilmu, kedudukan dan sebagainya.

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ .الَّذِي جَمَعَ مَالا وَعَدَّدَهُ .يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ


1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung[1600],
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
(Q.S Al Humazah: 1-3)

Keempat, Nikmat yang tidak diamalkan. Bila kita memiliki ilmu, maka kita harus mengajarkannya; jika kita memiliki harta, maka kita harus menginfakannya.

وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ .لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ


"Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)." (QS. al-Ma'arij: 24-25)

warna narni negeri ku

negeri ku
Pengangguran merebak luas
Kemiskinan merajalela
Pedagang kaki lima tergusur teraniaya
Bocah-bocah kecil merintih
Melangsungkan mimpi dijalanan
Buruh kerap dihadapi penderitaan

Inilah negeri kita
Negeri yang kaya derita dan air mata
Kaya memang kaya negri ini
Semuanya ada disini
Tapi tlah dikuasai pencuri, penipu.. pembohong
negri yang kaya tapi dijajah
Hina terhina di salahkan
Tangkap pukul dipenjarakan
Bongkar gusur dihancurkan
Bakar-bakar dimusnahkan

Itulah kami hanyalah rakyat kecil yang malang
Inikah kami nasib rakyat kecil yang selalu jadi korban
Kami tak butuh kasihan
Tapi kami butuh keadilan
Sebab kami punya rasa bukan robot yang mudah dimainkan
pembodohan sudah budaya
zina , pelacuran meraja lela, di banggakan di pelihara
monopoli sudahlah biasa
itulah bangsa kalau di jajah

yang kuat semakin menjadi rayap
yang tak kuat jadi santapannya rayap, tiarap!
wainalillahi rojiun, ma

yang kuat dialah yang berkuasa
yang lemah dialah yang teraniaya
sekalipun yang kuat itu salah

kekuatan selalu untuk menindas
untuk membunuh,untuk merampas,
untuk menghina

yang lemah di korupsi.
Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
yang pintar membodohi, yang bodoh di budayakan.

jilat menjilat
tikam sana tikam sini
saling mangsa
jadi hal yang biasa
manusia menjadi srigala tuk manusia yang lainnya